Media Terkini Layout Moneter Sektor Jasa Keuangan Perlu Kian Melek Risiko Kejahatan Siber!
Moneter

Sektor Jasa Keuangan Perlu Kian Melek Risiko Kejahatan Siber!

Ilustrasi bank digital
Ilustrasi Layanan Digital – Foto: Shutterstock

Jakarta

Industri jasa keuangan ketika ini wajib melek digitalisasi demi ekosistem yang saling terhubung antara nasabah, sesama pelaku industri dan pemerintahan. Di lain sisi, ada risiko kejahatan siber yang perlu diwaspadai.

Ketua Umum Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel) Sarwoto Atmosutarno mengungkapkan ketika ini dilema menyerupai kejahatan siber dapat berisiko sistemik kepada stabilitas industri keuangan di Indonesia. Untuk itu dibutuhkan kehati-hatian dan keselamatan tingkat tinggi untuk industri keuangan di Indonesia.

Sarwoto menyebut dibutuhkan kerjasama bersahabat antara Bank Indonesia (BI), Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Kementerian Pertahanan, dan perkumpulan perusahaan jasa keuangan.

“Manajemen risiko siber untuk stabilitas industri keuangan mesti ditingkatkan, kami melibatkan BI, OJK, Kementerian Pertahanan, praktisi dan asosiasi,” kata beliau dalam keterangannya, ditulis Jumat (9/6/2023).

Menurut beliau pelaku jasa keuangan dan penduduk juga mesti waspada dan waspada dengan risiko yang mungkin terjadi di kemudian hari. “Risiko siber yakni risiko yang sungguh dinamis. Tantangan organisasi ke depan lebih ke arah optimalisasi sumber daya terbatas atau mahal biar efektif dan efisien dalam melindungi aset atau layanan yang paling bernilai,” ujarnya.

Baca juga: 5 Cara Aman Transaksi Digital, Bikin Belanja Online Makara Sat Set!

Baik di level individu maupun organisasi perlu menganalisa tugas dan kesiapan terkait santunan data serta keselamatan metode informasi. “Hal ini menyingkir dari implikasi sistemik dari eksploitasi kehabisan atau celah keselamatan di salah satu pihak,” imbuhnya.

Ketua OJK periode 2017 – 2022 Wimboh Santoso dalam sambutannya mengatakan, risiko siber tidak mudah dan senantiasa berevolusi secara dinamis berlainan dengan risiko lain di industri jasa keuangan.

“Untuk meminimalisasi risiko siber perlu kolaborasi seluruh pemangku kepentingan, baik nasabah, pelaku jasa keuangan dan pihak ketiga mesti senantiasa waspada dalam mempertahankan transaksi, mengerjakan edukasi dan sosialisasi,” ujar Wimboh.

Mastel menggelar Breakfast Forum bertajuk Tantangan Masa Depan Keamanan Siber bagi Industri Keuangan. Forum ini juga turut mendatangkan perwakilan dari Crowe Global, praktisi berukuran internasional untuk membuatkan perspektif dan terlatih selama lebih dari 11 tahun menganalisa keselamatan siber di banyak sekali institusi keuangan di Indonesia.

kejahatan siberdigitalisasikeuangan

Exit mobile version